Kamis, 10 Juni 2010

ONE DAY ONE AYAH; Menghafal Quran Bikin Hidup Lebih Hidup

oleh
Masagus A. Fauzan

(Staf Pengajar Tahfizh al-Quran

di Sekolah Daarul Quran Internasional Tangerang)


Pada akhir-akhir ini ada perkembangan yang cukup menggembirakan, dengan tumbuhnya lembaga-lembaga kealqur'anan, baik kecil maupun besar, baik swasta maupun yang memiliki keterkaitan dengan pemerintah setempat. Bahkan, statistiknya menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Begitu juga, di sekolah-sekolah umum unggulan yang berbasis Islam (biasanya menggunakan istilah "Islam Terpadu", seperti SDIT), menggunakan tahfizh (hafalan al-Quran), sebagai salah satu program unggulan dan menjadi core kompetensinya. Tentu saja, ini merupakan suatu perkembangan yang positif, terutama dalam upaya memelihara otentisitas al-Qur'an.




Bercermin kepada para ilmuan Muslim di zaman keemasan Islam, seperti Imam Syafi’i, Ibnu Sina, dan seterusnya mereka adalah ilmuan Muslim yang berpijak di atas fondasi tahfizh yang kuat. Imam Syafi’i, seorang pendiri mazhab Syafi’iyyah yang cukup berpengaruh di Indonesia, telah hafal al-Quran sejak usia 7 tahun. Begitu juga Ibnu Sina, seorang pakar kedokteran, sudah hafal al-Quran sejak usia 9 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa tahfizh al-Quran sangat penting sebagai fondasi keilmuan di bidang agama dan keilmuan lainnya. Ulama terdahulu mensyaratkan hafalan al-Qur'an sebagai awal pembelajaran sebelum mempelajari ilmu-ilmu lain.

Sungguh disayangkan, masih banyak orang tua di masa sekarang yang kurang memperhatikan tahfizh al-Quran untuk anak-anaknya. Padahal, harus diakui bahwa yang paling siap untuk melakukan kajian-kajian keilmuan, khususnya kealqur'anan adalah siswa yang hafizh. Disamping itu, hafalan al-Quran akan memberikan energi positif dalam konteks pengamalan ilmunya. Indikasi ini bisa dilihat dari sosok ilmuan Muslim generasi keemasan Islam di atas.

Seorang siswa yang hafizh merupakan orang yang paling siap melakukan kajian-kajian kealqur'anan tersebut karena seandainya diumpamakan sebuah peperangan, para hafiz itu telah menguasai medan, tinggal mengatur strategi.

Jika alasan para orang tua itu bahwa menghafal al-Quran itu pekerjaan berat, sulit dan hanya menjadi beban pikiran. Asumsi ini tidak sepenuhnya benar, sebagaimana firman Allah, “Dan sungguh Kami telah mudahkan al-Qur’an untuk dihafal, tinggal adakah yang ingin menghafalnya?” (Qs. Al-Qamar: 4).

Untuk membuktikan bahwa tahfizh al-Quran itu memang mudah, kini sudah ditemukan metode Quantum Tahfizh, sebuah metode menghafal al-Qur’an yang mudah, cepat lagi menyenangkan. Metode ini telah diujicobakan sendiri oleh penulis selama mengajar di Sekolah Daarul Quran Internasional (SDQI). Metode Quantum adalah kegiatan menghafal dengan melibatkan kekuatan otak kiri dan otak kanan seperti metode potret, TTS (Teka-Teki Silang), titian ingatan, system cantol, audio (mendengar musik al-Quran), shalat li hifzhil Qur’an (membaca di dalam shalat).

Metode Potret/Gambar. Menghafal dengan metode potret yaitu menghafal ayat sepotong demi sepotong. Kemudian teks ayat tersebut dihapus untuk dihafal. Caranya dilakukan berulang-ulang hingga lancar sama seperti kita memotret suatu gambar. Dapat juga dilakukan dengan cara menyambung atau menggaris titik-titik yang tersedia. Persis seperti pelajaran menggambar burung waktu di TK.

Berikutnya metode TTS (Teka-Teki Silang). Sama seperti ketika kita mengisi kolom TTS dimana telah tersedia alat bantu huruf di depan, di tengah atau di akhir. Demikian dengan menghafal al-Quran, caranya cukup dengan mengikuti petunjuk alat bantu ayat di depan, di tengah dan di akhir ayat untuk mengingat ayat berikutnya. Metode ini dapat juga dilakukan dengan cara memahami arti suatu ayat.

Selain itu untuk memudahkan siswa menghafal al-Quran, di SDQI sedang dikembangkan cara belajar menghafal 1 (satu) hari 1 (satu) ayat. Namun bukan sembarang menghafal, setelah menghafal 1 ayat, siswa ditugaskan untuk memahami arti ayat yang dihafal dan mengambil intisari dari ayat tersebut.

Dengan cara seperti ini siswa merasakan pengalaman menghafal al-Quran yang enjoy, fun, dan penuh makna. Bahkan para siswa akan cepat menangkap pesan dan kesan dari ayat-ayat yang dihafal. Hal ini dikarenakan metode Quantum Tahfizh ini dikembangkan berdasarkan multiple intelligences (kecerdasan majemuk) pada diri manusia, antara lain cerdas visual (cerdas rupa), cerdas auditori (cerdas pendengaran), kecerdasan verbal-linguistik (kecerdasan bahasa), kecerdasan kinestetik (cerdas memahami tubuh), cerdas interpersonal (cerdas sosial), dan cerdas logis-matematis.

Dengan metode seperti ini, tidak ada alasan lagi bagi siswa untuk tidak menghafal al-Quran. Paling minimal siswa SD harus sudah menghafal surah-surah pendek pada juz ‘Amma, juz terakhir, sebagai bekal kelak menjadi imam shalat.

Untuk menunjang kegiatan belajar-mengajar, setiap siswa mendapatkan satu buah laptop dengan sistem belajar moving class dan out door di alam terbuka, sehingga lebih menarik dan menantang partisipasi aktif siswa.

Keunggulan di sekolah ini, penyampaian pelajaran dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari menggunakan bilingual language, bahasa Inggris dan bahasa Arab. Bahkan agar kemampuan berbahasa ini lebih cepat dan mudah diserap oleh siswa maka dalam kegiatan sehari-hari di asrama, siswa diharuskan mempraktekkannya dengan 3 hari berbahasa Arab dan 3 hari berbahasa Inggris.

Untuk menunjang program ini, SDQI mempunyai tujuh guru native speaker dari luar negeri, yaitu dari Inggris, Pakistan, Maroko dan Mekkah dan lulusan terbaik Pesantren Modern dan Perguruan Tinggi Islam terbaik.

Adapun Program Bahasa Arab di SDQI merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan program Islamic studies dan al-Quran, karena al-Quran diturunkan Allah swt dalam bahasa Arab. Dengan demikian untuk bisa memahami al-Quran berarti harus menguasai bahasa Arab, sehingga pengajaran bahasa Arab dan Kitab Kuning menjadi suatu keniscayaan.

Di samping keunggulan di atas, keunikan lain dari sekolah ini adalah program Islamic Studies di asrama ala pesantren dan Tahfizh/hafalan al-Qurannya.

Siswa dididik dan dilatih untuk berhasil menghafal al-Quran secara keseluruhan. Siswa atau santri SDQI harus menghafal 18 juz dengan target 3 juz pertahun.

Menurut pengasuhnya, Ust. Yusuf mansur, diadakannya program tahfizh al-Quran di sekolah ini karena al-Quran merupakan landasan pokok dalam memahami Islam, usia kecil merupakan usia emas bagi anak untuk menghafal dan belajar, dan juga untuk membuktikan bahwa menghafal al-Quran itu bisa juga berbarengan dengan pelajaran lainnya.

Sistem menghafal yang diterapkan kepada siswa di sekolah ini lebih banyak di masjid dengan menggunakan metode tertentu namun kadang kala pengajaran tahfizh juga dilakukan di dalam kelas seperti ruang audio visual, laptop, taman, dll.

Dalam menghafal di SDQI menggunakan beberapa metode antara lain:

1.Talaqqi atau Musyafahah (ini adalah metode pokok). Pada metode ini guru dan siswa tidak membuka al-Quran tetapi guru memberikan contoh bacaan kata atau ayat dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid kemudian siswa mengikutinya berulang-ulang didukung dengan metode dan sarana yang kita miliki sehingga anak bisa hafal.
2.Metode Potret dan TTS. Pada metode ini siswa setelah hafalan ayat yang harus dihafal kemudian diminta untuk menulisnya di buku latihan dengan mencontoh tulisan yang ada pada al-Quran.
Semua metode di atas didukung dengan berbagai sarana termasuk di antaranya; laptop, VCD, MP3 al-Qur'an, kaset, al-Quran digital, Read boy, dll.

Namun yang lebih penting dari itu, jumlah jam pelajaran yang disediakan untuk menghafal al-Quran di SDQI secara intensif adalah 3 waktu dalam sehari; ba'da Subuh, ba'da Zhuhur, ba'da Isya' sehingga mencapai 15-18 jam dalam sepekan sehingga dapat memenuhi kebutuhan anak menghafal.

Menurut koordinator tim Tahfizh, sampai saat ini hasil pencapaian yang telah dirasakan baik oleh siswa maupun sekolah sendiri yaitu selama 6 bulan berlalu ini siswa sudah bisa menghafal juz 30 atau juz ‘Amma bahkan melampaui target yan telah ditetapkan, siswa sudah sampai pada surah-surah pilihan seperti Yasin, al-Waqi'ah, dan Ar-Rahman.

Untuk menunjang program tahfizh ini, maka dikembangkanlah berbagai program yang saling mendukung seperti Musabaqah Hifzhil Qurana, Khataman al-Quran, dll.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar