Kamis, 10 Juni 2010

SUASANA TAHFIZH AL-QURAN DI SDQI

Oleh: Masagus A. Fauzan

Di masjid Darul Quran yang terletak di komplek Sekolah Darul Quran Internasional (SDQI), kita dapat melihat beberapa orang remaja sedang menghafalkan alquran, di bawah bimbingan beberapa orang guru. Mereka adalah murid kelas VII dan kelas XI SDQI. Dengan suara mereka yang lembut, mereka menghafal ayat demi ayat alquran, sambil kepala mereka bergoyang-goyang mengikuti irama bacaan. Sungguh pemandangan yang sangat sedap dipandang. Sementara itu, dengan mata terpejam, seorang laki-laki berwajah jernih, berkumis dan berjenggot tebal, memakai peci, berbaju koko, menyimak hafalan murid-muridnya. Tentu saja semuanya dilakukan di luar kepala.

Pemandangan menarik di dalam masjid ketika jam tahfizh masuk anak-anak secara teratur kumpul di kelompoknya masing-masing membentuk sebuah lingkaran. Seluruhnya berjumlah 7 kelompok putera dan 4 kelompok puteri. Satu kelompok terdiri dari 7 hingga 10 orang anak.

Ketika “menyetorkan” hafalan, seorang murid duduk bersila di hadapan gurunya yang duduk bersila sambil bersandar di tiang masjid. Lutut mereka saling bersentuhan, dan dengan suara pelan tetapi sangat jelas, sang murid membacakan ayat demi ayat yang sudah dihafalnya di rumah.

Anak-anak yang berusia belasan tahun terlihat baru memulai hafalan mereka. Dari bibir mereka meluncur ayat-ayat alquran dengan makhraj yang bagus. Panjang-pendeknya lafal, mereka ucapkan dengan tepat, sehingga membentuk irama yang muncul bagaikan air mengalir, alamiah, dan tidak dibuat-buat. Makhraj dan tajwid, memang merupakan syarat utama yang harus dikuasai terlebih dahulu sebelum seorang anak memulai kegiatan menghafal alquran. Untuk itu, terdapat beberapa orang guru yang secara khusus mengajar tahsin qiraati.

Seorang murid memperoleh bimbingan tiga kali dalam sehari, dilakukan antara waktu Maghrib dan Isya’, Subuh hingga terbit fajar, dan ba’da Zuhur. Bimbingan di masjid Darul Quran itu, biasanya hanya merupakan pengecekan terhadap hafalan para murid. Sebab, pada hari sebelumnya, guru memberikan tugas kepada mereka untuk menghafalkan sekian ayat, yang kemudian mereka “setorkan” kepada gurunya di masjid pada waktu yang telah ditetapkan. Artinya, kegiatan menghafal alquran itu sendiri mereka lakukan di kamar, di bawah pohon, dan taman, sedangkan yang di masjid hanya “setoran”.

Para murid harus terlebih dahulu “kawin” dengan alquran. Artinya, dia harus memiliki mushaf khusus dan tidak boleh menghafal dengan berganti-ganti mushaf. Dia harus hafal jumlah halaman mushafnya, jumlah ayat dalam setiap juz dan halaman, dan mesti hafal pula awal dan akhir setiap ayat yang terdapat dalam setiap halaman.

Langkah pertama menghafal alquran di SDQI, siswa menghafal surah-surah pendek yang termasuk di Juz ‘Amma dan surah-surah pilihan seperti Al-Waqi’ah, Ar-Rahman, Yasin dan al-Mulk. Hal ini bertujuan untuk membiasakan para siswa menghafal secara bertahap dari surah pendek baru kemudian masuk ke surah panjang yang berada di bagian depan mushaf.

Kebiasaan ini juga terjadi di beberapa lembaga tahfizhul al-Quran terutama pulau Jawa. Sebelum memulai menghafal surah al-Baqarah, diharuskan terlebih dahulu menghafal surah-surah tertentu sebagai pendahuluan atau warming up: Surah al Sajdah, Surah Yasin, Surah al Dukhan, dan Surah al Mulk. Akan tetapi, kebiasaan ini tidak berlaku mutlak.

Dalam satu hari murid diharuskan menghafal minimal 3 ayat. Di antara metode yang diterapkan untuk menghafal adalah musyafahah atau talaqqi. Bentuknya adalah guru membaca ayat yang akan dihafal kemudian murid membaca seperti bacaan guru. Selain itu

Untuk lebih menambah daya tarik dan daya cepat menghafal, siswa dapat mendengar murattal syeikh yang telah direkam dalam kaset, CD/DVD murattal, al-mushaf al-mu‘allim, program Qur'an Playyer 2.2, Qari CD, read boys for tahfiz. Diantara syeikh yang sudah merekam seperti Mahmud Khalîl al-Husari, ‘Abd al-Rahman al-Huzaifi, Muhammad Ayyûb, Muhammad Shiddîq al-Minsyâwi, Abd al-Rahman al-Sudais, al-Syuraim, Sa‘ad al-Ghâmidî, ‘Abdullâh al-Matrûd dan lain-lainnya. Caranya yaitu dengan mendengar tilawah syeikh-syeikh tersebut dalam CD Player, MP3, MP4, komputer, walkman, dan lain-lain. Kaset atau CD diputar sesuai surat yang akan dihafal kemudian diulang-ulang. Setelah beberapa kali diulang, murid mengikuti bacaan tersebut sambil memperhatikan apakah ada yang salah atau kurang, demikian seterusnya sampai hafal. Setelah itu baru membaca sendiri tanpa bantuan media.

Sedangkan untuk muraja’ah (mengulang hafalan), siswa diajak melakukan latihan atau exercise menulis ayat yang telah dihafal di atas kertas kosong. Selain itu agar lebih mengasyikkan, siswa diberikan lembaran latihan berupa alquran yang tinggal diisi kata bantunya seperti mengisi TTS (Teka-Teki Silang). Dalam mengulang hafalan, murid cukup membaca kata bantu ayat di depan, di tengah dan di ujung, kemudian menyambungkannya berdasarkan hafalan yang dimiliki. Metode ini dikembangkan di sekolah ini karena pernah dipraktekkan oleh Ustaz Yusuf Mansur dan sudah terbukti mampu memperlancar hafalan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar