Kamis, 10 Juni 2010

Metode Menghafal Al-Quran untuk Mahasiswa

Prolog

Sesuatu yang paling layak untuk dihafal adalah Al-Quran, ia merupakan firman Allah, pedoman hidup umat Islam, sumber dari segala sumber hukum, dan bacaan yang paling sering diulang-ulang oleh umat muslim. Mahasiswa sebagai calon intelektual muslim hendaknya meletakkan hafalan Al-Quran sebagai prioritas kegiatannya. Inilah intisari dari pemikiran Imam Yahya bun Syaraf An-Nawawi dalam kitab “Al-Majmu”:

“ Hal Pertama ( yang harus diperhatikan oleh seorang penuntut ilmu ) adalah menghafal Al Quran, karena ia adalah ilmu yang terpenting, bahkan para ulama salaf tidak akan mengajarkan hadis dan fiqh kecuali bagi siapa yang telah hafal Al Quran. Kalau sudah hafal Al Quran, berhati-hatilah dalam menyibukkan diri mempelajari hadis dan fiqh atau pelajaran lainnya, yakni kesibukan yang bisa menyebabkan hilangnya sebagian hafalan Al Quran atau beerpotensi lupa. “ Imam Nawawi, Al Majmu’,( Beirut, Dar Al Fikri, 1996 ) Cet. Pertama, Juz : I, hal : 66

Faktanya tidak semua orang yang memiliki niat untuk menghafalkan al-Quran mampu merealisasikan niatnya, juga tidak semua orang yang menghafal bisa tuntas sampai 30 juz, dan tidak semua orang yang hafal 30 juz mampu membaca “bil ghaib” dengan lancar dan baik. Demikian juga, tidak semua hafidz diberikan karunia untuk menjadikan hafalannya sebagai dzikir yang selalu dilantunkannya secara istiqamah sampai akhir hayatnya. Untuk itul, perlu kiranya seorang mahasiswa melakukan pengaturan (manajemen) secara sistematis, agar target yang direncanakan bisa tercapai.
A. Manajemen niat


Bagi mereka yang pernah menghafal, baik hingga selesai maupun berhenti di tengah perjalanan, pasti mempunyai motivasi-motivasi tertentu, atau paling tidak, ada mitos-mitos yang menggerakkan hati dan pikiran untuk menghafal. Adakalanya mereka termotivasi oleh adanya pemuliaan, penghormatan dari masyarakat, kemudian tergerak hatinya untuk meraih ‘prestise’ tersebut. Atau juga karena tergiur dengan predikat sebagai calon penghuni surga yang kelak bila meninggal jasadnya akan tetap utuh. Bisa juga termotivasi oleh hidup “glamour”nya para hafidz yang sering mendapatkan job “khataman” serta pulang dengan membawa berkat dan amplop tebal.

Patut disyukuri memang, gara-gara motivasi dan mitos di atas, banyak dari mereka yang akhirnya bisa hafal al-Quran dengan baik. Hanya saja, secara normatif-etis mitos-mitos itu jelas tidak bisa dibenarkan secara aqidah sebab lebih mendahulukan li ajlin naas-nya daripada li ajlillaah. Ini berbahaya, al-Quran yang semestinya sebagai al-huda, al-furqan, adz-dzikr telah dimanipulasi menjadi sumber penghasilan (ma’isyah), atau sebagai wahana unjuk kehebatan dan kesalehan. Biarlah, yang sudah terjadi biarlah berlalu, selanjutnya ditata kembali dengan niat yang lebih ikhlas.

Sebenarnya yang paling esensi dari al-Quran adalah pesan yang dikandungnya. Ibarat secarik kertas yang berisi route perjalanan bagi seorang musafir. Kalau kertas tersebut hanya dibaca keras dan tidak berusaha difahami isinya, sangat mungkin orang itu akan tersesat. Demikian halnya seorang muslim yang hanya menjadikan al-Quran sebagai mantra, jimat, ornamen, dan tidak memposisikannya sebagai pesan ilahi, oleh Allah ia laksana keledai yang dipundaknya dipenuhi buku-buku, kamatsalil himar yahmilu ashfara.

Konsekuensi dari motivasi yang salah tersebut, sering seorang hafidz itu menonjolkan performance inklusif agar dimuliakan orang lain atau dia enggan bekerja ‘kasar’ sebagaimana orang kebanyakan, khawatir akan menurunkan kredibilitas kehafidzannya. Lebih-lebih lagi, na’udzubillah, ada hafidz yang mempromosikan diri supaya diundang khataman, sambil melakukannya dengan bacaan hadr (super cepat) dan membayangkan berapa honor yang akan diterimanya. Bisa jadi, akhirnya dia pulang menggerutu, bila ternyata bisyarah yang diterimanya lebih kecil dari yang terbayang. Tidak sedikit pula, hafidz yang ‘malas’ memahami isi kandungan al-Quran, bahkan isi surat-surat pendek pun tidak tahu artinya, meski sudah hafal puluhan tahun.

Hendaknya yang dijadikan target utama dari menghafal adalah kemamampuan memahami al-Quran. Kompetensi hafalan merupakan wasilah (media) efektif untuk lebih memahami al-Quran secara holistik (menyeluruh). Tidak sebaliknya, sesuatu yang semestinya sebagai media dijadikan tujuan (ghayah).

Lalu mengapa al-Quran itu dihafal? Untuk meluruskan penyelewengan motivasi di atas, berikut ini disajikan motivasi-motivasi (bukan mitos) menghafal, berdasarkan al-Quran dan Sunnah Nabi disertai argumentasi rasional yang logis.

1. Al-Qur’an sebagai pemberi syafa’at pada hari kiamat bagi yang membaca, memahami dan mengamalkannya.

?????????? ?????????? ????????? ??????? ?????? ???????????? ???????? ????????????? (???? ????)

Bacalah al-Quran karena kelak ia akan menjadi penolong bagi pembacanya


2. Al-Qur’an menjadi hujjah (pembela) bagi pembacanya dan sebagai pelindung dari azab dunia dan akherat.

???????????? ??????? ???? ???? ???????? (???? ??? ????)

Dan al-Quran merupakan hujjah atau pembelamu kelak

3. Pembaca al-Qur’an, khususnya penghafal al-Quran yang kualitas dan kuantitas bacaannya lebih tinggi, akan bersama malaikat dan selalu melindunginya dan mengajak pada kebaikan.

?????? ??????? ???????? ?????????? ?????? ??????? ???? ???? ??????????? ?????????? ??????????? (???? ???????)

Perumpamaan orang mukmin yang membaca al-Quran dan menjaganya, akan ditemani para malaikat yang mulia dan baik

4. Penghafal al-Qur’an akan mendapatkan fasilitas khusus dari Allah, yaitu terkabulkannya segala harapan tanpa harus memohon/berdoa.

??????? ???????? ????? ??????? ???? ???????? ?????????? ????????? ???? ??????????? ???????????? ???????? ??? ??????? ????????????? (???? ????)

Allah berfirman (dalam Hadis Qudsi: Barang siapa yang disibukkan oleh al-Quran dan mengingat Allah sehingga lupa memohon, maka aku akan memberinya sesuatu yang terbaik

5. Penghafal al-Qur’an yang membiasakan mujawwad atau murattal akan ditinggikan derajatnya di sisi Allah dan menempati posisi tertinggi di surga nanti.

??????? ????????? ?????????? ??????? ????????? ????????? ????? ?????? ????????? ??? ?????????? ??????? ???????????? ?????? ????? ????? ???????? ????? ?(???? ???????)

Dikatakan pada pembaca al-Quran, bacalah, naiklah dan tartilkanlah bacaanmu sebagaimana engakau mentartilkan di dunia, karena kedudukanmu di surga sesuai dengan ayat terakhir yang engkau baca

6. Penghafal al-Qur’an berhak untuk diprioritaskan menjadi imam atau pemimpin, bahkan sampai ia mati kelak.

??????? ????????? ???????????? ????????? ??????? (???? ????) ??? ???? ??? ? ????? ??????? ??????? (?) ????? ???????? ?????? ????????????? ???? ??????? ?????? ??? ?????? ??????? ????? ??????? ?????????? ???????? ??????? ??????????? ??????? ??????? ????? ??????????? ????????? ??? ????????? (???? ???????)

Yang berhak menjadi imam shalat adalah orang yang paling baik bacaannya (banyak hafalannya) (HR. Muslim), Rasulullah pernah mengumpulkan dua korban perang Uhud dalam satu kain kafan, lalu berkata: siapa dari keduanya yang paling banyak hafalannya? Setelah ditunjukkan, beliau mendahulukannya untuk dimasukkan di liang lahat (HR Bukhari).

7. Penghafal al-Qur’an paling layak untuk menjadi teladan atau idola.

??? ?????? ?????? ????? ??????????? ?????? ?????? ??????? ?????????? ??????? ???? ?????? ????????? ???????? ????????? ??????? ?????? ?????? ??????????? ???? ?????? ????????? ???????????? (???? ???????) ??? ???? ???? ????? ???? ????????? ??????? ????????? ??? ??????????? ??????????? ????????? ?????????? ?????? ????????? ????? ??????????? ?????? ??????????? ??? ???????????? ??????????? (???? ??? ????)

Tidaklah hasud dibolehkan kecuali pada dua orang; (1) orang yang dikarunia kemampuan al-Quran dan membacanya sambil qiyamul lail dan (2) orang yang dikarunia harta lalu dia bersedekahsiang dan malam (HR. Bukhari), Diantara wujud pengagungan pada Allah adalah memuliakan orang tua muslim dan penghafal al-Quran yang tidak melampaui batas serta memuliakan raja yang adil (HR. Abu Dawud)

8. Penghafal al-Qur’an, berpotensi untuk mendapatkan pahala yang banyak.

???? ?????? ??????? ???? ??????? ??????? ?????? ???? ???????? ????????????? ???????? ???????????? ??? ??????? ??? ?????? ???????? ?????? ?????? ??????? ?????? ??????? ?????? ? (???? ???????)

Barang siapa membaca satu huruf dari al-Quran maka dia mendapatkan satu kebaikan dan satu kebaikan bernilai 10 kebaikan, seperti alim lam mim masing-masing bernilai 10 kebaikan.

9. Penghafal al-Qur’an bisa membaca dan memahami al-Qur’an di manapun dan dalam situasi apapun, dia tidak selalu tergantung dengan mushaf, tempat, waktu, dan posisi tertentu, sehingga di kantor, di kendaraan, di pasar, bahkan sambil tiduran pun ia bisa membaca dan memahami al-Quran. Juga aktivitas otak yang tidak terganggu oleh konsentrasi melihat (mushaf), semakin mudah melakukan tadabburdengan al-Quran.

10. Penghafal al-Qur’an punya daya nalar argumentatif yang komprehensif dan mendalam. Sebagai al-huda (petunjuk), al-Qur’an sarat dengan nilai-nilai moral, kebenaran ilmiah, inspirasi untuk berkreasi, terutama dalil-dalil hukum Islam. Dengan demikian, dia sangat lihai mengulas maksud dari sebuah ayat, dan mensintesiskan ayat dengan teori serta mengelaborasikan korelasi antar ayat.

11. Menghafalkan al-Qur’an hukumnya wajib kifayah, menurut Imam Zarkasyi, Assuyuthi dll, sebab ia bisa menjaga Al-Quran dari kesalahan bacaan dan penulisan, sehingga orisinalitas Al-Quran tetap terjaga dari berbagai upaya tahrif (pemalsuan, perubahan). Jadi, keberadaan penghafal al-Quran adalah sebagai penggugur kewajiban dan dosa umat muslim di kawasan tertentu.

12. Penghafal al-Qur’an menghabiskan sebagian besar waktunya (umurnya) untuk mempelajari dan mengajarkan sesuatu yang bermanfaat dan bernilai ibadah, hal itu menjadikan hidupnya penuh keberkahan dan Allah memposisikannya sebagai manusia terbaik.

?????????? ???? ????????? ?????????? ??????????? (???? ???????)

Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar dan mengajarkan al-Quran

13. Penghafal al-Qur’an dijaga dari godaan nafsu, sebab kesibukan dzikir pada Allah (termasuk baca al-Quran) akan menghalangi syetan untuk menguasai nafsunya.

?????? ?????? ???? ?????? ??????????? ????????? ???? ?????????? ?????? ???? ??????? ( ?????? : 36(

Barang siapa lalai dari ingat Allah, akan kami kuasakan atasnya syaitan yang menemaninya

14. Penghafal al-Qur’an termasuk dalam tujuh golongan yang diberi naungan Allah ketika tidak ada lagi tempat bernaung di akherat dari dahsyatnya panas neraka.

???????? ??????????? ??????? ??? ??????? ?????? ??? ????? ?????? ??????? …. ???????? ?????? ??? ????????? ??????? ???????? ???????? ????????? ??? ???????????? ? (???? ???????)

Tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah, (diantaranya) pemuda yang tumbuh besar dalam suasana ibadah pada Allah dan seorang laki-laki yang hatinya selalu bergantung pada masjid.

15. Penghafal al-Qur’an adalah manusia pilihan Allah yang akan dititipi ilmu di dadanya.

???? ???? ???????? ?????????? ??? ??????? ????????? ??????? ????????? (???????? : 29)

Bahkan al-Quran merupakan kemukjizatan yang nyata yang dititipkan Allah di dada orang yang berilmu

16. Membaca al-Qur’an merupakan obat stress, depresi dan lain-lain.

?????? ???????? ???? ??????? ??????? ???? ????????? ??????? ???????????? ?????? ???????????? ??????? (?? : 24)

Barang siapa yang berpaling dari mengingat aku, maka kehidupannya akan sempit dan kami kumpulkan di hari kiamat dalam keadaan buta


????????? ????????? ????????????? ??????????? ???????? ??????? ????? ???????? ??????? ??????????? ?????????? (????? : 28)

Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenang dengan mengingat Allah, ingatlah bahwa dengan mengingat Allah hati menjadi tenang

17. Penghafal al-Qur’an selalu berlatih untuk kerja keras dan disiplin. Menghafal al-Quran butuh kerja keras, disiplin, istiqamah selama satu tahun lebih, kebiasaan disiplin dan konsisten ini menjadi modal penting dalam menggapai kesuksesan hidup.

18. Al-Qur’an mudah dihafal oleh orang tua, muda, anak-anak dan oleh orang yang tidak faham bahasa Arab sekalipun.

???????? ?????????? ???????????? ?????????? ?????? ???? ????????? (????? : 22)

Dan sungguh kami mudahkan al-Quran untuk diingat adakah orang yang mau mengingat?


Jadi, pertama kali yang harus diperhatikan oleh orang yang ingin menghafal Al-Quran adalah mengikhlaskan niatnya hanya untuk Allah semata. Dengan niat ikhlas, Allah akan membantu menjauhkan kita dari rasa malas dan bosan. Suatu pekerjaan yang diniatkan ikhlas, biasanya akan terus berlangsung. Berbeda kalau niatnya hanya untuk mengejar materi atau hanya ingin ikut musabaqah, atau karena hal lain. Hendaknya ia melakukan shalat Hajat dengan memohon kepada Allah agar dimudahkan dalam menghafal Al-Quran. Waktu shalat hajat ini tidak ditentukan dan doa’anya pun diserahkan kepada masing-masing pribadi. Hal ini sebagaimana diriwayat Hudzaifah ra, yang berkata :

??? ???? ???? ??? ???? ???? ???? ??? ???? ??? ??? (???? ??? ????)

“ Bahwasanya Rasulullah saw jika ditimpa suatu masalah beliau langsung mengerjakan shalat. “

Memperbanyak do’a untuk menghafal Al-Quran. Do’a ini memang tidak terdapat dalam hadis, akan tetapi seorang muslim boleh berdo’a menurut kemampuan dan bahasanya masing-masing. Mungkin anda berdo’a seperti ini :

????? ????? ???? ?????? ?????? ??????? ?????? ???? ????? ?????? ?????? ??? ????? ???? ????? ??? ?? ???? ????????

“ Ya Allah berikanlah kepadaku taufik untuk menghafal Al-Quran, dan berilah aku kekuatan untuk terus membacanya siang dan malam sesuai dengan ridha dan tuntunan-Mu, wahai Yang Maha Pengasih “.

B. Manajemen waktu


Pilihlah waktu yang tepat untuk menghafal, dan ini tergantung kepada peribadi masing-masing. Akan tetapi dalam suatu hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, disebutkan bahwasanya Rasulullah saw bersabda :

?? ????? ??? ? ??? ???? ????? ??? ??? ???? ? ?????? ??????? ? ?????? ? ????????? ??????? ??????? ??? ?? ??????

“ Sesungguhnya agama ini mudah, dan tidak ada yang mempersulit diri dalam agama ini kecuali dia akan sampai, makanya amalkan agama ini dengan benar, perlahan-lahan, dan berilah kabar gembira, serta gunakan waktu pagi, siang dan malam (untuk mengerjakannya) “ ( HR Bukhari )

Umumnya, orang yang menghafalkan al-Quran di pesantren-pesantren menghabiskan waktu 3-4 tahun dengan program takhashshus (tahfidz intensif/sebagian besar waktunya untuk menghafal). Sebenarnya, kalau seseorang mampu mengatur waktu dengan baik, pasti akan jauh lebih cepat dari waktu tersebut. Misalnya, dalam sehari dia menambah hafalan dua halaman, maka dalam kurun waktu sepuluh bulan (atau max. 12 bulan) sudah tuntas 30 juz. Atau paling tidak setengah halaman perhari, maka dalam waktu 40 bulan (3 tahun 4 bulan atau max. 4 tahun). Tentu, dengan syarat setiap waktu terbuang harus diganti atau dirangkap tanpa kompromi.

Untuk konteks mahasiswa, pengaturan waktu memang lebih rumit dibanding dengan peserta program takhashshus di pesantren. Mahasiswa memiliki beban ganda yang berat. Terkait dengan perkuliahan, dia harus mempersiapkan matakuliah setiap hari (min. 1 jam), mengikuti perkuliahan (rata-rata 4 jam sehari selama 5 hari), mempersiapkan ujian UTS, UAS, kuis (min. 2 jam), menyelesaikan tugas membuat makalah individu atau kelompok (min. 5 jam). Berikut ini gambaran perbandingan kegiatan harian antara mahasiswa tahfidz dan mahasiswa bukan tahfidz:

Tabel 1: Alokasi Ideal Waktu Mahasiswa non Tahfidz dalam 24 Jam

Kegiatan Alokasi waktu Prosentase
Persiapan materi kuliah, ujian dsb 2 jam 8,3 %
Mengikuti perkuliahan, seminar dsb 4 jam 16, 6 %
Menyelesaikan tugas, membuat artikel dsb 1 jam 4,1 %
Organisasi, silaturrahmi, pertemuan dsb 2 jam 8,3 %
Istirahat, sholat, makan dsb 3 jam 12,5 %
Tidur 8 jam 33 %
Bersih-bersih baju, kamar, kerja bakti dsb 2 jam 8,3 %
Hiburan, belanja, jalan-jalan dsb 2 jam 8,3 %
Total 24 jam 100 %

Tabel di atas menunjukkan relatif longgarnya waktu mahasiswa untuk belajar, ibadah, santai dan istirahat. Dengan alokasi seperti ini saja mahasiswa yang komitmen dan konsisten melakukan kegiatan ilmiah dan diniyah, pasti akan mencapai kesuksesan.

Adapun mereka yang mengambil program tahfidz penuh (30 juz), minimal harus menyisihkan waktunya min. 9 jam perhari dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 2: Durasi Ideal Waktu Mahasiswa Tahfidz

Kegiatan Durasi
Penambahan hafalan baru 1 hal 1 jam
Pengulangan hafalan baru 1/2 juz 1 jam
Setoran hafalan 2 jam
Pengulangan harian 3 juz 2 jam
Latihan fashohah, terjemah, tafsir 1 jam
Total 9 jam

Setelah waktu untuk tahfidz ditambahkan dalam kegiatan harian, maka komposisi waktu kegiatan menjadi seperti berikut:


Tabel 3: Alokasi Ideal Waktu Mahasiswa Yang Mengikuti Tahfidz

Kegiatan Alokasi waktu Prosentase
Persiapan materi kuliah, ujian dsb 1 jam (2-1 jam) 4,1 %
Mengikuti perkuliahan, seminar dsb 2 jam (4-2 jam) 8,3 %
Menyelesaikan tugas, membuat artikel dsb 1 jam 4,1 %
Organisasi, silaturrahmi, pertemuan dsb 1 jam (2-1 jam) 4,1 %
Istirahat, sholat, makan dsb 2 jam (3-1 jam) 8,3 %
Tidur 5 jam (8-3 jam) 20,8 %
Bersih-bersih baju, kamar, kerja bakti dsb 2 jam 8,3 %
Hiburan, belanja, jalan-jalan dsb 1 jam (2-1 jam) 4,1 %
Tahfidz 9 jam 37,5 %
Total 24 jam 100 %

Dari tabel di atas, secara jelas diketahui bahwa mahasiswa yang akan menghafalkan al-Quran penuh (30 juz) harus siap melakukan riyadlah (latihan lahir batin) dan mujahadah (sungguh-sungguh) yang mungkin sangat melelahkan. Tidur yang biasanya memakan waktu 8 jam dalam sehari semalam, harus dikurangi menjadi 5 jam. Demikian juga semua kegiatan yang sifatnya rekreatif, penyaluran hobbi semaksimal mungkin dikurangi, apalagi sekadar ngrumpi, ngobrol, cuci mata dan sebagainya, mutlak harus ditinggalkan. Ibnu Athaillah (dalam kitab “Al-Hikam”) mengingatkan pada para pencari kemuliaan:

??? ???? ?? ??????? ???? ?? ???? ?? ???? ???????

” Bagaimana mungkin ada akan mendapatkan hal yang luar biasa bila anda tidak keluar dari kebiasaan “

Apabila seorang mahasiswa memiliki tekad kuat untuk menghafal penuh, maka sebaiknya disusun target secara sistematis sebagaimana contoh di bawah ini:

Contoh target program hafalan 30 juz (dari nol) selama 4 tahun kuliah


Bulan ke
1-2 3-4 5-6 7-8 9-10 11-12
Tahun pertama

(semester 1-2)
Fashahah

1-10
Fashahah

11-20
Fashahah

21-30
Tahfidz Juz 1 Tahfidz Juz 2 Tahfidz Juz 3
Tahun kedua

(semester 3-4)
Tahfidz Juz 4-5 Tahfidz Juz 6-7 Tahfidz Juz 8-9 Tahfidz Juz 10-11 Tahfidz Juz 12-13 Tahfidz Juz 14-15
Tahun ketiga

(semester 5-6)
Tahfidz Juz 16-17 Tahfidz Juz 18-19 Tahfidz Juz 20-21 Tahfidz Juz 22-23 Tahfidz Juz 24-25 Tahfidz Juz 26-27
Tahun keempat

(semester 7-8)
Tahfidz Juz 28 Tahfidz Juz 29 Tahfidz Juz 30 Murajaah 1-10 Murajaah

11-20
Murajaah 21-30

Pada tahun pertama (semester 1 dan 2) biasanya mahasiswa mendapat beban matakuliah yang banyak (sekitar 24 sks), belum lagi program intensif bahasa dan matrikulasi yang padat, sehingga dirancang enam bulan pertama (semester 1) mahasiswa hanya latihan fashahah, tajwid, dan tanda waqaf saja, mulai juz awal sampai khatam, kemudian pada semester kedua mulai menghafal sedikit demi sedikit, yakni dalam setiap dua bulan ditargetkan satu juz saja.

Pada tahun kedua ditargetkan satu bulan satu juz, berarti minimal perhari harus tambah hafalan satu halaman sehingga dalam waktu 20 hari (dengan asumsi satu juz ada 20 halaman untuk al-Quran pojok mushaf Madinah atau terbitan menara kudus), sudah genap satu juz dan sisanya dipakai untuk melancarkan.

Setelah mahasiswa memasuki semester 7-8, biasanya mereka sangat disibukkan oleh program KKN, PPL, penulisan skripsi. Untuk itu target hafalan dikurangi dari dua menjadi satu juz perdua-bulan. Pada enam bulan terakhir pada tahun keempat, terdapat sisa waktu yang cukup untuk menyelesaikan target atau kalau sudah selesai, mereka harus banyak melakukan murajaah dengan harapan dalam setiap dua bulan (dari 6 bulan terakhir) mampu melancarkan minimal sepuluh juz yang telah dihafal. Bisa saja, melakukan pentashihan ke beberapa guru al-Quran di beberapa pondok pesantren.

Adapun waktu yang sangat tepat untuk melakukan murajaah (pengulangan) hafalan adalah waktu ketika sedang mengerjakan shalat–shalat sunnah, baik di masjid maupun di kamar ma’had/kos. Hal ini dikarenakan saat shalat seseorang fokus menghadap Allah, dan fokus inilah yang membantu kita dalam mengulangi hafalan. Berbeda ketika di luar shalat, seseorang cenderung untuk bosan berada dalam satu posisi, ia ingin selalu bergerak, kadang matanya melihat kanan atau kiri, atau akan melihat obyek yang dianggap menarik, atau bahkan temannya akan menghampirinya dan mengajaknya ngobrol. Berbeda dengan orang yang sedang shalat, temannya yang punya kepentingan kepadanya-pun terpaksa harus menunggu hingga shalatnya usai dan tidak berani mendekat.

C. Manajemen strategi/metode

Sebenarnya banyak sekali metode yang bisa digunakan untuk menghafal Al-Quran, Masing-masing orang akan mengambil metode yang sesuai dengan kondisi masing-masing. Di sini akan disebutkan dua metode yang sering dipakai oleh sebagian penghafal, dan terbukti sangat efektif, yaitu:

Metode Pertama: Menghafal satu persatu halaman (menggunakan Mushaf Madinah atau menara Kudus). Kita membaca satu halaman yang akan kita hafal sebanyak tiga atau lima kali secara benar, setelah itu kita baru mulai menghafalnya. Setelah hafal satu halaman, baru kita pindah kepada halaman berikutnya dengan cara yang sama. Dan jangan sampai pindah ke halaman berikutnya kecuali telah mengulangi halaman-halaman yang sudah kita hafal sebelumnya.

Metode Kedua : Menghafal per- ayat , yaitu membaca satu ayat yang mau kita hafal tiga atau lima kali secara benar, setelah itu, kita baru menghafal ayat tersebut. Setelah selesai, kita pindah ke ayat berikutnya dengan cara yang sama, dan begitu seterusnya sampai satu halaman. Akan tetapi sebelum pindah ke ayat berikutnya kita harus mengulangi apa yang sudah kita hafal dari ayat sebelumnya. Setelah satu halaman, maka kita mengulanginya sebagaimana yang telah diterangkan pada metode pertama.

Sebelum mulai menghafal, hendaknya kita memperbaiki bacaan Al-Quran agar sesuai dengan tajwid. Perbaikan bacaan meliputi beberapa hal, diantaranya :

a) Memperbaiki Makhraj Huruf.

b) Memperbaiki Harakat Huruf .

Untuk menunjang agar bacaan baik, hendaknya hafalan yang ada, kita melakukantasmi’ (memperdengarkan) kepada seorang ustadz Al-Quran, agar beliaau membenarkan bacaan kita yang salah. Kalau itu tidak dilakukan, maka mungkin kesalahan yang timbul akan terus terbawa dalam hafalan kita tanpa disadari.

Faktor lain yang menguatkan hafalan adalah menggunakan seluruh panca indera yang kita miliki. Maksudnya kita menghafal bukan hanya dengan mata saja, akan tetapi dengan membacanya dengan mulut kita, dan kalau perlu kita lanjutkan dengan menulisnya ke dalam buku atau papan tulis, sebagaimana yang diterapkan di sebagian daerah di Maroko, yakni dengan menuliskan hafalan di atas papan kecil yang dipegang oleh murid, setelah mereka menghafalnya di luar kepala, baru tulisan tersebut dicuci dengan air.

Menggunakan satu jenis mushaf Al-Quran juga dapat menguatkan hafalan. Jangan sekali-kali pindah dari satu jenis mushaf kepada yang lain. Karena mata kita akan ikut menghafal apa yang kita lihat. Jika kita melihat satu ayat lebih dari satu posisi, jelas itu akan mengaburkan hafalan kita. Masalah ini, sudah dihimbau oleh penyair dalam tulisannya :

????? ???? ??? ????? ?? ???? ????? ????? ???? ???? ??????

“ Mata akan menghafal apa yang dilihatnya- sebelum telinga- , maka pilihlah satu mushaf untuk anda selama hidupmu. “

Ada beberapa model penulisan mushaf, diantaranya adalah: Mushaf Madinah atau terkenal dengan Al-Quran pojok, satu juz dari mushaf ini terdiri dari 10 lembar, 20 halaman, 8 hizb, dan setiap halaman dimulai dengan ayat baru. Mushaf Madinah (Mushaf Pojok) ini paling banyak dipakai oleh para pengahafal Al-Quran, banyak dibagi-bagikan oleh pemerintah Saudi kepada para jama’ah haji. Cetakan-cetakan Al-Quran sekarang merujuk kepada model mushaf seperti ini. Dan bentuk mushaf seperti ini paling baik untuk dipakai menghafal Al-Quran. Ada juga model lain, seperti mushaf Al-Quran yang dipakai oleh sebagian orang Mesir, ada juga mushaf yang dipakai oleh sebagian orang Pakistan dan India, bahkan ada model mushaf yang dipakai oleh sebagian pondok pesantren tahfidh Al-Quran di Indonesia yang dicetak oleh Penerbit Menara Kudus.

Faktor lain yang mendukung hafalan adalah memperhatikan ayat-ayat yang serupa (mutasyabih). Biasanya seseorang yang tidak memperhatikan ayat-ayat yang serupa (mutasyabih), hafalannya akan tumpang tindih antara satu dengan lainnya. Ayat yang ada di juz lima misalnya akan terbawa ke juz sepuluh. Ayat yang semestinya ada di surat Al-Ma-idah akan terbawa ke surat Al-Baqarah, dan begitu seterusnya. Di bawah ini ada beberapa contoh ayat-ayat serupa (mutasyabihah) yang seseorang sering melakukan kesalahan ketika menghafalnya :

1- ( ????? ??????? ???? ???????? ??????? ? ?????? 173 < ———— > ? ????? ??????? ???????? ??????? ???? ) ??????? 3 ? ???????? 145? ? ????? 115

2- (????? ??????????? ??????? ??????????? ???????? ??????? ????????????? ???????????? ???? ????) ?????? : 61

3- (?? ????? ?????? ????? ??????? ????????????? ???????????? ???? ??) ?? ????? : 21

4- (????? ??????????? ??????? ??????????? ???????? ??????? ????????????? ???????? ???? ??) ?? ???? : 112

Untuk melihat ayat–ayat mutasyabihat seperti ini secara lebih lengkap boleh dirujuk buku–buku Mutasyabihat Al-Quran, karya Abul Husain bin Al Munady, Pedoman Ayat Mutasyabihat, karya KH. Mustain Syafi’i dll.

D. Manajemen istiqamah

Setelah Al-Quran dihafal secara penuh (30 juz), seringkali seorang hafidz disibukkan oleh studinya, atau menikah atau sibuk dengan pekerjaan, dan tidak lagi mempunyai program untuk menjaga hafalannya kembali, sehingga Al-Qur’an yang sudah dihafalnya beberapa tahun, akhirnya hanya tinggal kenangan saja. ia merasa berat untuk mengembalikan hafalannya lagi.

Yang terpenting dalam hal ini bukanlah menghafal, karena banyak orang mampu menghafal Al-Quran dalam waktu yang sangat singkat, akan tetapi yang paling penting adalah bagaimana kita melestarikan hafalan tersebut agar tetap terus ada dalam dada kita. Sering diungkapkan bahwa tugas seorang hafidz adalah menjaga hafalan. Istilah “menjaga hafalan” ini sebenarnya cenderung negatif, sebab dikesankan bahwa seorang hafidz itu tugasnya seperti petugas security (Satpam) yang hanya menjaga tidak menikmati apa yang dijaganya. Bayangan yang muncul dibenak masyarakat umum, bahwa menghafal al-Quran itu identik dengan menambah beban hidup menjadi lebih berat. Saatnya kita rubah istilah tersebut dengan “melestarikan hafalan atau menikmati al-Quran”, sehingga tidak dianggap sebagai beban, melainkan sebagai sarana hiburan diri.

Di sinilah letak perbedaan antara orang yang benar-benar istiqamah dengan orang yang hanya rajin pada awalnya saja. Karena, untuk melestarikan hafalan diperlukan kemauan yang kuat dan istiqamah yang tinggi. Dia harus meluangkan waktunya setiap hari untuk mengulangi hafalannya. Banyak cara untuk menjaga hafalan Al-Quran, masing-masing tentunya memilih yang terbaik untuknya.

Mengulangi hafalan perlu dilakukan dalam shalat lima waktu. Seorang muslim tentunya tidak pernah meninggalkan shalat lima waktu, hal ini hendaknya dimanfaatkan untuk mengulangi hafalannya. Agar terasa lebih ringan, hendaknya setiap shalat dibagi menjadi dua bagian, sebelum shalat dan sesudahnya. Misalnya, sebelum shalat: sebelum adzan, dan waktu antara adzan dan iqamah. Apabila dia termasuk orang yang rajin ke masjid, sebaiknya pergi ke masjid sebelum azan agar waktu untuk mengulangi hafalannya lebih panjang. Kemudian setelah shalat, yaitu setelah membaca dzikir ba’da shalat atau dzikir pagi pada shalat shubuh dan setelah dzikir selepas shalat Asar. Seandainya saja, ia mampu mengulangi hafalannya sebelum shalat sebanyak seperempat juz dan sesudah shalat seperempat juz juga, maka dalam satu hari dia boleh mengulangi hafalannya sebanyak dua juz setengah.

Kalau istiqamah seperti ini, maka dia boleh mengkhatamkan hafalannya setiap dua belas hari, tanpa menyita waktunya sama sekali. Kalau dia mampu menyempurnakan setengah juz setiap hari pada shalat malam atau shalat-shalat sunnah lainnya, berarti dia boleh menyelesaikan setiap harinya tiga juz, dan boleh mengkhatamkan Al-Quran pada setiap sepuluh hari sekali. Banyak para ulama dahulu yang menghatamkan hafalannya setiap sepuluh hari sekali. Ada sebagian orang yang mengulangi hafalannya pada malam saja, yaitu ketika ia mengerjakan shalat tahajud. Biasanya dia menghabiskan shalat tahajudnya selama dua jam. Cuma kita tidak tahu, selama dua jam itu berapa juz yang ia dapatkan. Menurut ukuran umum, kalau hafalannya lancar, biasanya ia boleh menyelesaikan satu juz dalam waktu setengah jam. Berarti, selama dua jam dia boleh menyelesaikan dua sampai tiga juz dengan dikurangi waktu sujud dan ruku.

Ada juga sebagian teman yang mengulangi hafalannya dengan cara masuk dalam halaqah para penghafal Al-Quran. Kalau halaqah tersebut berkumpul setiap tiga hari sekali, dan setiap peserta wajib mendengarkan hafalannya kepada temannya lima juz berarti masing-masing dari peserta mampu mengkhatamkan Al-Quran setiap lima belas hari sekali. Inipun hanya boleh terlaksana jika masing-masing dari peserta mengulangi hafalannya sendiri-sendiri dahulu.

E. Manajemen tempat

Tempat yang kondusif akan memberikan pengaruh signifikan terhadap kesuksesan menghafal. Mereka yang tinggal di lingkungan yang cuek atau bahkan anti dengan bunyi-bunyian al-Quran akan merasa canggung untuk menghafal setiap saat. Sebaliknya mereka yang tinggal di pesantren khusus tahfidz, akan merasakan sebuah lingkungan yang kondusif, mau menghafal kapan saja dan dimana saja dan dengan cara apapun, tidak ada problem.

Secara umum, tempat yang paling kondusif untuk menghafal adalah masjid. Namun, kadang masing-masing orang memiliki selera dan tingkat kejenuhan yang berbeda, sehingga diperlukan alternatif tempat lain yang sunyi, seperti: di sawah, sungai, gunung, pesisir. Ada juga yang menghafal di dekat makam ulama-ulama terkenal, seperti di makam syeikh Hasyim Asyari Jombang yang sering dipakai tempat menghafal oleh santri-santri Pesantren “Madrasatul al-Quran”.

Ketika seseorang sudah hafal dan lancar, tempat tidak lagi menjadi soal. Sebab, ia bisa melakukan murajaah di manapun; di atas pesawat, motor, mobil atau di tempat keramaian sekalipun. Terutama, saat al-Quran sudah dapat dimasukkan ke ponsel (HP), dengan begitu tidak ada lagi rasa “sungkan” membawa dan membaca al-Quran di tengah kerumunan massa. Tentu, itu dilakukan dengan suara pelan yang tidak sampai mengusik atau menyita perhatian orang lain.

F. Manajemen tahsin (memperindah bacaan)

Faktor lain agar bacaan kita baik dan tidak salah, adalah meningkatkan intensitas mendengar bacaan Al-Quran murattal dari qori’-qor’ terkenal yang bagus suara dan bacaannya melalui kaset, MP3 atau HP. Kalau boleh, tidak hanya sekadar mendengar sambil mengerjakan pekerjaan lain, akan tetapi mendengar dengan serius dan teratur. Untuk diketahui, akhir-akhir ini – Alhamdulillah – banyak program TV yang menyiarkan secara langsung pelajaran Al-Quran murattal dari seorang qori’ yang bagus. Bisa juga mendapatkan audio atau video murottal dari internet di situs:www.Mp3Quran.net, atau dengan mengetikkan nama qori’ yang dikehendaki pada situs: www.youtube.com, kemudian URLnya dikopi ke www.youddl.com dan siap didownload.


DAFTAR RUJUKAN

1. Imam Nawawi, Al Majmu’, (Beirut, Dar Al Fikri, 1996) Cet. Pertama

2. Hadis riwayat Abu Daud ( no : 1319 ), disahihkan oleh Syekh Al Bani dalam Sahih Sunan Abu Daud

3. Abu Abdur Rahman Al Baz Taufiq, Ashal Nidham Li Hifdhi Al-Quran, ( Kairo, Maktabah Al Islamiyah, 2002 ) Cet. Ketiga

4. Abu Dzar Al Qalamuni, ‘Aunu Ar Rahman fi Hifdhi Al-Quran, ( Kairo, Dar Ibnu Al Haitsam, 1998 ) Cet Pertama

5. Imam Nawawi, At-Tibyan fi Adab Hamalah al-Quran

Selengkapnya...

Metode Hafal Al-Qur’an

Sejak seminggu yang lalu telah di mulai program belajar untuk muroja’ah dan menambah hafalan Al-Quran di “Ma’had Tahfiidhzul Qur’an wa Tahsiinuhu” yang berlokasi di Masjid Sabiilun Najaah MKGR Batu Aji, Batam yang berlokasi sama dengan SD Islam Terpadu Fajar Ilahi dan LBAIS (Lembaga Bahasa Arab dan Ilmu Islam). Di program ini ada dua pembelajaran yaitu program Tahfidz untuk menambah hafalan Al-Quran dan Tahsin untuk memperbaiki bacaan Al-Quran dari sisi Tajwid. Tahfidz yang dilaksanakan 2 hari dalam seminggu yaitu hari Senin dan Jum’at. Sedang Tahsin 3 kali dalam seminggu. Jadi bagi yang mau ikutan coba saja mendaftar kesana atau ikut angkatan selanjutnya nanti, Insya Allah.

Yah, menghafal Al-Quran memang butuh ketekunan rupanya, dan sisi yang saya rasakan paling berat adalah menjaga apa yang sudah kita hafal dari Ayat-ayat Al-Quran bila dibandingkan sisi menghafalnya. Mungkin salah satu faktornya adalah umur kita yang sudah udzur (alasan klasik he..he.) Dan juga karena berbagai kemaksiatan yang mewarnai kehidupan kita yang sulit untuk di hilangkan. Mari kita berdoa semoga kita diberikan kemampuan untuk menghindarkan dan menepis godaan kemaksiatan, Amiin.

AL-Quran bagi umat Islam adalah cahaya dan petunjuk hidup artinya Al-qur’an bukan sekedar hanya kita tilawah saja melainkan harus kita pahami maknanya dan juga kita amalkan dalam kehidupan. Akan tetapi sebagai umat Islam sudahkah kita memberikan “perhatian” yang sudah pantas untuk AL-Qur’an? Sebagai Instropeksi bagi kita semua mari kita renungkan hal-hal berikut :
1. Berapa ayat atau surat yang kita baca tiap hari ?
2. Berapa waktu yang kita sisakan bagi Al-Qur’an untuk kita tadabburi?
3. Di usia kita sekarang ini sudah berapa surat Al-Quran yang kita hafal? apakah total sudah ada 5%,10%? Ingat ini adalah kitab suci kita?
4. Diantara surat yang kita hafal, apakah ada yang sudah kita pahami betul maknanya?
5. Berapa bagiankah dari Al-Qur’an yang sudah mampu kita amalkan dengan baik?
Beberapa waktu yang lalu saya pernah ada perlu ke perumahan Cendana Batam center saya mengantar istri kerumah teman, iseng saya memperhatikan anak-anak di masjid Yayasan Anshorus Sunnah yang sedang menghafal Al-Quran sendiri-sendiri sesuai hafalan masing-masing di berbagai penjuru masjid. Karena penasaran saya mendekat dan melihat. Masya Allah…..!! Anak anak yang umumnya umurnya antara 5-10 tahun(setingkat SD) saya lihat mereka membuka Al-Quran sudah di tengah-tengah Mushaf !! Saya akhirnya mendapat info bahwa di antara mereka pun sudah ada yang menghafal hingga 30 juz, Subhanallah…! Saya jadi malu dengan diri ini sudah seumur ini bahkan sudah punya anak tapi di mana posisi saya dalam hal ini bila dibandingkan dengan mereka.
Saya jadi timbul lagi semangat buat belajar dengan melihat semua itu, semoga saja tidak terlalu terlambat untuk memulai lagi dan semoga diberi keistiqomahan. Amiin.
Sebagai catatan bagi diri saya sendiri dan juga buat kita bersama maka berikut ada satu artikel tentang metode menghafal Al-Quran yang semoga bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Tapi ‘afwan jiddan saya lupa sumbernya dari mana…

Note : Salah satu tips yang mungkin berguna adalah salah satunya dengan rajin mendengarkan murottal Al-Quran dari Aimmatul masajid yang banyak beredar yang insya Allah bagus semua bacaannya, dengan mendengar Setiap hari insya Allah lama kelamaan kita sedikit banyak akan ingat bunyi dan lafadznya Sehingga akan mempermudah bagi kita dalam menghafalnya. Tinggal membetulkan dan meyakinkan dengan sambil melihat Mushaf.



Salam



Aburifqi

===========================================

Oleh : Ummu Abdillah & Ummu Maryam

Sebagai seorang mukmin, kita tentunya berkeinginan untuk dapat menghafal Al-Quran dan setiap kita pasti memimpikan agar dapat melahirkan anak-anak yang hafal Al-Quran (hafidz/hafidzah). Berikut ini ada beberapa cara/kaidah dasar untuk memudahkan menghafal, di antaranya:

1. Mengikhlaskan niat hanya untuk Allah Azza wa Jalla.

Memperbaiki tujuan dan bersungguh-sungguh menghafal Al-Quran hanya karena Allah Subhanahu wa Ta`ala serta untuk mendapatkan syurga dan keridhaan-Nya. Tidak ada pahala bagi siapa saja yang membaca Al-Quran dan menghafalnya karena tujuan keduniaan, karena riya atau sumah (ingin didengar orang), dan perbuatan seperti ini jelas menjerumuskan pelakunya kepada dosa.
2. Dorongan dari diri sendiri, bukan karena terpaksa.

Ini adalah asas bagi setiap orang yang berusaha untuk menghafal Al-Quran. Sesungguhnya siapa yang mencari kelezatan dan kebahagiaan ketika membaca Al-Quran maka dia akan mendapatkannya.
3. Membenarkan ucapan dan bacaan.

Hal ini tidak akan tercapai kecuali dengan mendengarkan dari orang yang baik bacaan Al-Qurannya atau dari orang yang hafal Al-Quran. Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam sendiri mengambil/belajar Al-Quran dari Jibril alaihis salam secara lisan. Setahun sekali pada bulan Ramadhan secara rutin Jibril alaihis salam menemui beliau untuk murajaah hafalan beliau. Pada tahun Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam diwafatkan, Jibril menemui beliau sampai dua kali.
Para shahabat radliallahu `anhum juga belajar Al-Quran dari Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam secara lisan demikian pula generasi-generasi terbaik setelah mereka. Pada masa sekarang dapat dibantu dengan mendengarkan kaset-kaset murattal yang dibaca oleh qari yang baik dan bagus bacaannya. Wajib bagi penghafal Al-Quran untuk tidak menyandarkan kepada dirinya sendiri dalam hal bacaan Al-Quran dan tajwidnya.
4. Membuat target hafalan setiap hari.

Misalnya menargetkan sepuluh ayat setiap hari atau satu halaman, satu hizb, seperempat hizb atau bisa ditambah/dikurangi dari target tersebut sesuai dengan kemampuan. Yang jelas target yang telah ditetapkan sebisa mungkin untuk dipenuhi.
5. Membaguskan hafalan.

Tidak boleh beralih hafalan sebelum mendapat hafalan yang sempurna. Hal ini dimaksudkan untuk memantapkan hafalan di hati. Dan yang demikian dapat dibantu dengan mempraktekkannya dalam setiap kesibukan sepanjang siang dan malam.
6. Menghafal dengan satu mushaf.

Hal ini dikarenakan manusia dapat menghafal dengan melihat sebagaimana bisa menghafal dengan mendengar. Dengan membaca/melihat akan terbekas dalam hati bentuk-bentuk ayat dan tempat-tempatnya dalam mushaf. Bila orang yang menghafal Al-Quran itu merubah/mengganti mushaf yang biasa ia menghafal dengannya maka hafalannya pun akan berbeda-beda pula dan ini akan mempersulit dirinya.
7. Memahami adalah salah satu jalan untuk menghafal.

Di antara hal-hal yang paling besar/dominan yang dapat membantu untuk menghafal Al-Quran adalah dengan memahami ayat-ayat yang dihafalkan dan juga mengenal segi-segi keterkaitan antara ayat yang satu dengan ayat yang lainnya.Oleh sebab itu seharusnyalah bagi penghafal Al-Quran untuk membaca tafsir dari ayat-ayat yang dihafalnya, untuk mendapatkan keterangan tentang kata-kata yang asing atau untuk mengetahui sebab turunnya ayat atau memahami makna yang sulit atau untuk mengenal hukum yang khusus.
Ada beberapa kitab tafsir yang ringkas yang dapat ditelaah oleh pemula seperti kitab Zubdatut Tafsir oleh Asy-Syaikh Muhammad Sulaiman Al-Asyqar.
Setelah memiliki kemampuan yang cukup, untuk meluaskan pemahaman dapat menelaah kitab-kitab tafsir yang berisi penjelasan yang panjang seperti Tafsir Ibnu Katsier, Tafsir Ath-Thabari, Tafsir As-Sadi dan Adhwaaul Bayaan oleh Asy-Syanqithi.wajib pula menghadirkan hatinya pada saat membaca Al-Quran.
8. Tidak pindah ke surat lain sebelum hafal benar surat yang sedang dihafalkan.

Setelah sempurna satu surat dihafalkan, tidak sepantasnya berpindah ke surat lain kecuali setelah benar-benar sempurna hafalannya dan telah kokoh dalam dada.
9. Selalu memperdengarkan hafalan (disimak oleh orang lain).

Orang yang menghafal Al-Quran tidak sepantasnya menyandarkan hafalannya kepada dirinya sendiri. Tetapi wajib atasnya untuk memperdengarkan kepada seorang hafidz atau mencocokkannya dengan mushaf. Hal ini dimaksudkan untuk mengingatkan kesalahan dalam ucapan, atau syakal ataupun lupa.
Banyak sekali orang yang menghafal dengan hanya bersandar pada dirinya sendiri, sehingga terkadang ada yang salah/keliru dalam hafalannya tetapi tidak ada yang memperingatkan kesalahan tersebut.
10. Selalu menjaga hafalan dengan murajaah.

Bersabda Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam :

“Jagalah benar-benar Al-Quran ini, demi Yang jiwaku berada di Tangan-Nya, Al-Quran lebih cepat terlepas daripada onta yang terikat dari ikatannya.”

Maka seorang yang menghafal Al-Quran bila membiarkan hafalannya sebentar saja niscaya ia akan terlupakan. Oleh karena itu hendak hafalan Al-Quran terus diulang setiap harinya. Bila ternyata hafalan yang ada hilang dalam dada tidak sepantasnya mengatakan: “Aku lupa ayat (surat) ini atau ayat (surat) itu.” Akan tetapi hendaklah mengatakan: “Aku dilupakan,” karena Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam telah bersabda: (..arab..)
11. Bersungguh-sungguh dan memperhatikan ayat yang serupa.

Khususnya yang serupa/hampir serupa dalam lafadz, maka wajib untuk memperhatikannya agar dapat hafal dengan baik dan tidak tercampur dengan surat lain.
12. Mencatat ayat-ayat yang dibaca/dihafal.

Ada baiknya penghafal Al-Quran menulis ayat-ayat yang sedang dibaca/dihafalkannya, sehingga hafalannya tidak hanya di dada dan di lisan tetapi ia juga dapat menuliskannya dalam bentuk tulisan.
Berapa banyak penghafal Al-Quran yang dijumpai, mereka terkadang hafal satu atau beberapa surat dari Al-Quran tetapi giliran diminta untuk menuliskan hafalan tersebut mereka tidak bisa atau banyak kesalahan dalam penulisannya.
13. Memperhatikan usia yang baik untuk menghafal.

Usia yang baik untuk menghafal kira-kira dari umur 5 tahun sampai 25 tahun. Wallahu alam dalam batasan usia tersebut. Namun yang jelas menghafal di usia muda adalah lebih mudah dan lebih baik daripada menghafal di usia tua.
Pepatah mengatakan:

Menghafal di waktu kecil seperti mengukir di atas batu, menghafal di waktu tua seperti mengukir di atas air.


HAL-HAL YANG DAPAT MENGHALANGI HAFALAN

Setelah kita mengetahui beberapa kaidah dasar untuk menghafal Al-Quran maka sudah sepantasnya bagi kita untuk mengetahui beberapa hal yang menghalangi dan menyulitkan hafalan agar kita dapat waspada dari penghalang-penghalang tersebut.

Di antaranya:

1. Banyaknya dosa dan maksiat.

Sesungguhnya dosa dan maksiat akan melupakan hamba terhadap Al-Quran dan terhadap dirinya sendiri. Hatinya akan buta dari dzikrullah.
2. Tidak adanya upaya untuk menjaga hafalan dan mengulangnya secara terus-menerus.

Tidak memperdengarkan (meminta orang lain untuk menyimak) dari apa-apa yang dihafal dari Al-Quran kepada orang lain. 3. Perhatian yang berlebihan terhadap urusan dunia yang menjadikan hatinya tergantung dengannya dan selanjutnya tidak mampu untuk menghafal dengan mudah.
4. Berambisi menghafal ayat-ayat yang banyak dalam waktu yang singkat dan pindah hafalan lain sebelum kokohnya hafalan yang lama.

Kita mohon pada Allah Subhanahu wa Ta`ala semoga Dia mengkaruniakan dan memudahkan kita untuk menghafal kitab-Nya, mengamalkannya serta dapat membacanya di tengah malam dan di tepi siang. Wallahu alam bishawwab.

(Ummu Abdillah & Ummu Maryam, dinukil dari kutaib: “Kaifa Tataatstsar bil Quran wa Kaifa Tahfadzuhu?” oleh Abi Abdirrahman)

Selengkapnya...

Metode menghafal al Qur’an

Ditulis pada Agustus 2, 2007 oleh dkmfahutan
Berikut ini adalah salah satu dari metode bagi anda yang mau menghafal ayat-ayat dalam al Qur’an. Tapi yang perlu diperhatikan sebelumnya bahwa,

Obat terbesar dalam menghafal dan memahami adalah taqwa kepada Allah SWT. “Bertaqwalah kepada Allah, niscaya Dia mengajarimu”

Imam Syafi;i berkata, “Aku mengadukan perihal keburukan hafalanku kepada guruku, yang bernama Imam Waki’, lalu guruku berwasiat agar aku menjauhi maksiat dan dosa. Guruku kemudian berkata: ‘Muridku, ketahuilah bahwa ilmu adalah cahaya. Dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang-orang yang maksiat’”.

Adapun langkah-langkah menghafal al Qur’an, sebagai berikut:

Hendaklah permulaan hafalan al Qur’an dimulai dari surat An Naas lalu al Falaq, yakni kebalikan dari urutan surat-surat al Qur’an. Cara ini akan memudahkan tahapan dalam perjalanan menghafal Al Qur’an serta memudahkan latihan dalam membacanya di dalam shalat baik.
Membagi hafalan menjadi dua bagian. Pertama, hafalan baru. Kedua, membaca al Qur’an ketika shalat.
Mengkhususkan waktu siang, yaitu dari fajar hingga maghrib untuk hafalan baru.
Mengkhususkan waktu malam, yaitu dari adzan Maghrib hingga adzan Fajar untuk membaca al Qur’an di dalam shalat.
Membagi hafalan baru menjadi dua bagian: Pertama hafalan. Kedua, pengulangan. Adapun hafalan, hendaknya ditentukan waktunya setelah shalat fajar dan setelah Ashar. Sedangkan pengulangan dilakukan setelah shalat sunnah atau wajib sepanjang siang hari.
Meminimalkan kadar hafalan baru dan lebih memfokuskan pada pengulangan ayat-ayat yang telah dihafal.
Hendaklah membagi ayat-ayat yang telah dihafal menjadi tujuh bagian sesuai jumlah hari dalam sepekan, sehingga membaca setiap bagian dalam shalat setiap malam.
Setiap kali bertambah kadar hafalan, maka hendaklah diulangi kadar pembagian pengelompokan pekanannya agar sesuai dengan kadar tambahan.
Hendaklah hafalannya persurat. Jika surat tersebut panjang, bisa dibagi menjadi beberapa ayat berdasarkan temannya. Tema-tema yang panjang juga bisa dibagi menjadi dua bagian atau lebih. atau dapat juga dikumpulkan surat-surat atau tema-tema yang pendek menjadi satu penggalan. Yang penting pembagian tersebut tidak asal-asalan, bukan berdasarkan berapa halaman atau berapa barisnya.
Tidak dibenarkan dan tidak diperbolehkan sama sekali melewati surat apapun sampai ia menghafalnya secara keseluruhan, seberapa pun panjangnya. Dan setelah menghafalnya secara keseluruhan, maka hendaklah diulang-ulang beberapa kali dalam tempo lebih dari satu hari.
Apabila di tengah shalat malam mengalami kelemahan dalam hafalan sebagian surat, maka hendaklah dilakukan pengulangan kembali disiang hari di hari berikutnya. Dalam kondisi seperti ini, tidak dibenarkan memulai hafalan baru. Kebanyakan hal seperti ini terjadi di awal-awal hari setelah menyelesaikan hafalan baru.
Sangat dianjurkan sekali untuk memperdengarkan surat-surat yang akan digunakan dalam shalat malam kepada orang lain.
Sangat baik mendidik anggota keluarga dengan metode ini. Caranya dengan membuat jadwal pekanan bagi setiap anggota keluarga dan memperdengarkan hafalan kepada mereka di siang hari, mengingatkan kepada mereka, memotivasi mereka untuk membacanya ketika shalat malam, serta membekali mereka supaya bisa berlatih sehingga tumbuh berkembang diatas al Qur’an. Dan al Qur’an bisa menjadi teman bagi mereka yang tidak bisa lepas darinya dan tidak kuasa untuk berpisah dengannya. Serta bisa menjadi lentera yang menerangi jalan kehidupan mereka.
Hendaklah memperhatikan cara membacanya. Bacaan harus tartil (perlahan) dan dengan suara yang terdengar oleh telinga. Bacaan yang tergesa-gesa walaupun dengan alasan ingin menguatkan hafalan baru adalah bentuk pelalaian terhadap tujuan membaca al Qur’an (untuk memperoleh ilmu, untuk diamalkan, untuk bermunajat kepada Allah, untuk memperoleh pahala, untuk berobat dengannya).
Tujuan dari menghafal al Qur’an bukanlah untuk menghafal lafadz-lafadznya dalam jumlah yang banyak. tetapi tujuannya adalah mengulang-ulang surat yang telah dihafal dalam shalat dengan niatan, mentadabburi al Qur’an. tetapi apabila mampu menghafal banyak surat sesuai apa yang telah disebutkan diatas, itu lebih utama dari pada sedikit menghafal. Yang terpenting adalah menerapkan kaidah diatas. Apabila menurutmu waktu sangat sempit maka ambillah kadar yang sedikit namun terus diulang-ulang.
Selengkapnya...

SUASANA TAHFIZH AL-QURAN DI SDQI

Oleh: Masagus A. Fauzan

Di masjid Darul Quran yang terletak di komplek Sekolah Darul Quran Internasional (SDQI), kita dapat melihat beberapa orang remaja sedang menghafalkan alquran, di bawah bimbingan beberapa orang guru. Mereka adalah murid kelas VII dan kelas XI SDQI. Dengan suara mereka yang lembut, mereka menghafal ayat demi ayat alquran, sambil kepala mereka bergoyang-goyang mengikuti irama bacaan. Sungguh pemandangan yang sangat sedap dipandang. Sementara itu, dengan mata terpejam, seorang laki-laki berwajah jernih, berkumis dan berjenggot tebal, memakai peci, berbaju koko, menyimak hafalan murid-muridnya. Tentu saja semuanya dilakukan di luar kepala.

Pemandangan menarik di dalam masjid ketika jam tahfizh masuk anak-anak secara teratur kumpul di kelompoknya masing-masing membentuk sebuah lingkaran. Seluruhnya berjumlah 7 kelompok putera dan 4 kelompok puteri. Satu kelompok terdiri dari 7 hingga 10 orang anak.

Ketika “menyetorkan” hafalan, seorang murid duduk bersila di hadapan gurunya yang duduk bersila sambil bersandar di tiang masjid. Lutut mereka saling bersentuhan, dan dengan suara pelan tetapi sangat jelas, sang murid membacakan ayat demi ayat yang sudah dihafalnya di rumah.

Anak-anak yang berusia belasan tahun terlihat baru memulai hafalan mereka. Dari bibir mereka meluncur ayat-ayat alquran dengan makhraj yang bagus. Panjang-pendeknya lafal, mereka ucapkan dengan tepat, sehingga membentuk irama yang muncul bagaikan air mengalir, alamiah, dan tidak dibuat-buat. Makhraj dan tajwid, memang merupakan syarat utama yang harus dikuasai terlebih dahulu sebelum seorang anak memulai kegiatan menghafal alquran. Untuk itu, terdapat beberapa orang guru yang secara khusus mengajar tahsin qiraati.

Seorang murid memperoleh bimbingan tiga kali dalam sehari, dilakukan antara waktu Maghrib dan Isya’, Subuh hingga terbit fajar, dan ba’da Zuhur. Bimbingan di masjid Darul Quran itu, biasanya hanya merupakan pengecekan terhadap hafalan para murid. Sebab, pada hari sebelumnya, guru memberikan tugas kepada mereka untuk menghafalkan sekian ayat, yang kemudian mereka “setorkan” kepada gurunya di masjid pada waktu yang telah ditetapkan. Artinya, kegiatan menghafal alquran itu sendiri mereka lakukan di kamar, di bawah pohon, dan taman, sedangkan yang di masjid hanya “setoran”.

Para murid harus terlebih dahulu “kawin” dengan alquran. Artinya, dia harus memiliki mushaf khusus dan tidak boleh menghafal dengan berganti-ganti mushaf. Dia harus hafal jumlah halaman mushafnya, jumlah ayat dalam setiap juz dan halaman, dan mesti hafal pula awal dan akhir setiap ayat yang terdapat dalam setiap halaman.

Langkah pertama menghafal alquran di SDQI, siswa menghafal surah-surah pendek yang termasuk di Juz ‘Amma dan surah-surah pilihan seperti Al-Waqi’ah, Ar-Rahman, Yasin dan al-Mulk. Hal ini bertujuan untuk membiasakan para siswa menghafal secara bertahap dari surah pendek baru kemudian masuk ke surah panjang yang berada di bagian depan mushaf.

Kebiasaan ini juga terjadi di beberapa lembaga tahfizhul al-Quran terutama pulau Jawa. Sebelum memulai menghafal surah al-Baqarah, diharuskan terlebih dahulu menghafal surah-surah tertentu sebagai pendahuluan atau warming up: Surah al Sajdah, Surah Yasin, Surah al Dukhan, dan Surah al Mulk. Akan tetapi, kebiasaan ini tidak berlaku mutlak.

Dalam satu hari murid diharuskan menghafal minimal 3 ayat. Di antara metode yang diterapkan untuk menghafal adalah musyafahah atau talaqqi. Bentuknya adalah guru membaca ayat yang akan dihafal kemudian murid membaca seperti bacaan guru. Selain itu

Untuk lebih menambah daya tarik dan daya cepat menghafal, siswa dapat mendengar murattal syeikh yang telah direkam dalam kaset, CD/DVD murattal, al-mushaf al-mu‘allim, program Qur'an Playyer 2.2, Qari CD, read boys for tahfiz. Diantara syeikh yang sudah merekam seperti Mahmud Khalîl al-Husari, ‘Abd al-Rahman al-Huzaifi, Muhammad Ayyûb, Muhammad Shiddîq al-Minsyâwi, Abd al-Rahman al-Sudais, al-Syuraim, Sa‘ad al-Ghâmidî, ‘Abdullâh al-Matrûd dan lain-lainnya. Caranya yaitu dengan mendengar tilawah syeikh-syeikh tersebut dalam CD Player, MP3, MP4, komputer, walkman, dan lain-lain. Kaset atau CD diputar sesuai surat yang akan dihafal kemudian diulang-ulang. Setelah beberapa kali diulang, murid mengikuti bacaan tersebut sambil memperhatikan apakah ada yang salah atau kurang, demikian seterusnya sampai hafal. Setelah itu baru membaca sendiri tanpa bantuan media.

Sedangkan untuk muraja’ah (mengulang hafalan), siswa diajak melakukan latihan atau exercise menulis ayat yang telah dihafal di atas kertas kosong. Selain itu agar lebih mengasyikkan, siswa diberikan lembaran latihan berupa alquran yang tinggal diisi kata bantunya seperti mengisi TTS (Teka-Teki Silang). Dalam mengulang hafalan, murid cukup membaca kata bantu ayat di depan, di tengah dan di ujung, kemudian menyambungkannya berdasarkan hafalan yang dimiliki. Metode ini dikembangkan di sekolah ini karena pernah dipraktekkan oleh Ustaz Yusuf Mansur dan sudah terbukti mampu memperlancar hafalan.

Selengkapnya...

ONE DAY ONE AYAH; Menghafal Quran Bikin Hidup Lebih Hidup

oleh
Masagus A. Fauzan

(Staf Pengajar Tahfizh al-Quran

di Sekolah Daarul Quran Internasional Tangerang)


Pada akhir-akhir ini ada perkembangan yang cukup menggembirakan, dengan tumbuhnya lembaga-lembaga kealqur'anan, baik kecil maupun besar, baik swasta maupun yang memiliki keterkaitan dengan pemerintah setempat. Bahkan, statistiknya menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Begitu juga, di sekolah-sekolah umum unggulan yang berbasis Islam (biasanya menggunakan istilah "Islam Terpadu", seperti SDIT), menggunakan tahfizh (hafalan al-Quran), sebagai salah satu program unggulan dan menjadi core kompetensinya. Tentu saja, ini merupakan suatu perkembangan yang positif, terutama dalam upaya memelihara otentisitas al-Qur'an.




Bercermin kepada para ilmuan Muslim di zaman keemasan Islam, seperti Imam Syafi’i, Ibnu Sina, dan seterusnya mereka adalah ilmuan Muslim yang berpijak di atas fondasi tahfizh yang kuat. Imam Syafi’i, seorang pendiri mazhab Syafi’iyyah yang cukup berpengaruh di Indonesia, telah hafal al-Quran sejak usia 7 tahun. Begitu juga Ibnu Sina, seorang pakar kedokteran, sudah hafal al-Quran sejak usia 9 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa tahfizh al-Quran sangat penting sebagai fondasi keilmuan di bidang agama dan keilmuan lainnya. Ulama terdahulu mensyaratkan hafalan al-Qur'an sebagai awal pembelajaran sebelum mempelajari ilmu-ilmu lain.

Sungguh disayangkan, masih banyak orang tua di masa sekarang yang kurang memperhatikan tahfizh al-Quran untuk anak-anaknya. Padahal, harus diakui bahwa yang paling siap untuk melakukan kajian-kajian keilmuan, khususnya kealqur'anan adalah siswa yang hafizh. Disamping itu, hafalan al-Quran akan memberikan energi positif dalam konteks pengamalan ilmunya. Indikasi ini bisa dilihat dari sosok ilmuan Muslim generasi keemasan Islam di atas.

Seorang siswa yang hafizh merupakan orang yang paling siap melakukan kajian-kajian kealqur'anan tersebut karena seandainya diumpamakan sebuah peperangan, para hafiz itu telah menguasai medan, tinggal mengatur strategi.

Jika alasan para orang tua itu bahwa menghafal al-Quran itu pekerjaan berat, sulit dan hanya menjadi beban pikiran. Asumsi ini tidak sepenuhnya benar, sebagaimana firman Allah, “Dan sungguh Kami telah mudahkan al-Qur’an untuk dihafal, tinggal adakah yang ingin menghafalnya?” (Qs. Al-Qamar: 4).

Untuk membuktikan bahwa tahfizh al-Quran itu memang mudah, kini sudah ditemukan metode Quantum Tahfizh, sebuah metode menghafal al-Qur’an yang mudah, cepat lagi menyenangkan. Metode ini telah diujicobakan sendiri oleh penulis selama mengajar di Sekolah Daarul Quran Internasional (SDQI). Metode Quantum adalah kegiatan menghafal dengan melibatkan kekuatan otak kiri dan otak kanan seperti metode potret, TTS (Teka-Teki Silang), titian ingatan, system cantol, audio (mendengar musik al-Quran), shalat li hifzhil Qur’an (membaca di dalam shalat).

Metode Potret/Gambar. Menghafal dengan metode potret yaitu menghafal ayat sepotong demi sepotong. Kemudian teks ayat tersebut dihapus untuk dihafal. Caranya dilakukan berulang-ulang hingga lancar sama seperti kita memotret suatu gambar. Dapat juga dilakukan dengan cara menyambung atau menggaris titik-titik yang tersedia. Persis seperti pelajaran menggambar burung waktu di TK.

Berikutnya metode TTS (Teka-Teki Silang). Sama seperti ketika kita mengisi kolom TTS dimana telah tersedia alat bantu huruf di depan, di tengah atau di akhir. Demikian dengan menghafal al-Quran, caranya cukup dengan mengikuti petunjuk alat bantu ayat di depan, di tengah dan di akhir ayat untuk mengingat ayat berikutnya. Metode ini dapat juga dilakukan dengan cara memahami arti suatu ayat.

Selain itu untuk memudahkan siswa menghafal al-Quran, di SDQI sedang dikembangkan cara belajar menghafal 1 (satu) hari 1 (satu) ayat. Namun bukan sembarang menghafal, setelah menghafal 1 ayat, siswa ditugaskan untuk memahami arti ayat yang dihafal dan mengambil intisari dari ayat tersebut.

Dengan cara seperti ini siswa merasakan pengalaman menghafal al-Quran yang enjoy, fun, dan penuh makna. Bahkan para siswa akan cepat menangkap pesan dan kesan dari ayat-ayat yang dihafal. Hal ini dikarenakan metode Quantum Tahfizh ini dikembangkan berdasarkan multiple intelligences (kecerdasan majemuk) pada diri manusia, antara lain cerdas visual (cerdas rupa), cerdas auditori (cerdas pendengaran), kecerdasan verbal-linguistik (kecerdasan bahasa), kecerdasan kinestetik (cerdas memahami tubuh), cerdas interpersonal (cerdas sosial), dan cerdas logis-matematis.

Dengan metode seperti ini, tidak ada alasan lagi bagi siswa untuk tidak menghafal al-Quran. Paling minimal siswa SD harus sudah menghafal surah-surah pendek pada juz ‘Amma, juz terakhir, sebagai bekal kelak menjadi imam shalat.

Untuk menunjang kegiatan belajar-mengajar, setiap siswa mendapatkan satu buah laptop dengan sistem belajar moving class dan out door di alam terbuka, sehingga lebih menarik dan menantang partisipasi aktif siswa.

Keunggulan di sekolah ini, penyampaian pelajaran dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari menggunakan bilingual language, bahasa Inggris dan bahasa Arab. Bahkan agar kemampuan berbahasa ini lebih cepat dan mudah diserap oleh siswa maka dalam kegiatan sehari-hari di asrama, siswa diharuskan mempraktekkannya dengan 3 hari berbahasa Arab dan 3 hari berbahasa Inggris.

Untuk menunjang program ini, SDQI mempunyai tujuh guru native speaker dari luar negeri, yaitu dari Inggris, Pakistan, Maroko dan Mekkah dan lulusan terbaik Pesantren Modern dan Perguruan Tinggi Islam terbaik.

Adapun Program Bahasa Arab di SDQI merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan program Islamic studies dan al-Quran, karena al-Quran diturunkan Allah swt dalam bahasa Arab. Dengan demikian untuk bisa memahami al-Quran berarti harus menguasai bahasa Arab, sehingga pengajaran bahasa Arab dan Kitab Kuning menjadi suatu keniscayaan.

Di samping keunggulan di atas, keunikan lain dari sekolah ini adalah program Islamic Studies di asrama ala pesantren dan Tahfizh/hafalan al-Qurannya.

Siswa dididik dan dilatih untuk berhasil menghafal al-Quran secara keseluruhan. Siswa atau santri SDQI harus menghafal 18 juz dengan target 3 juz pertahun.

Menurut pengasuhnya, Ust. Yusuf mansur, diadakannya program tahfizh al-Quran di sekolah ini karena al-Quran merupakan landasan pokok dalam memahami Islam, usia kecil merupakan usia emas bagi anak untuk menghafal dan belajar, dan juga untuk membuktikan bahwa menghafal al-Quran itu bisa juga berbarengan dengan pelajaran lainnya.

Sistem menghafal yang diterapkan kepada siswa di sekolah ini lebih banyak di masjid dengan menggunakan metode tertentu namun kadang kala pengajaran tahfizh juga dilakukan di dalam kelas seperti ruang audio visual, laptop, taman, dll.

Dalam menghafal di SDQI menggunakan beberapa metode antara lain:

1.Talaqqi atau Musyafahah (ini adalah metode pokok). Pada metode ini guru dan siswa tidak membuka al-Quran tetapi guru memberikan contoh bacaan kata atau ayat dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid kemudian siswa mengikutinya berulang-ulang didukung dengan metode dan sarana yang kita miliki sehingga anak bisa hafal.
2.Metode Potret dan TTS. Pada metode ini siswa setelah hafalan ayat yang harus dihafal kemudian diminta untuk menulisnya di buku latihan dengan mencontoh tulisan yang ada pada al-Quran.
Semua metode di atas didukung dengan berbagai sarana termasuk di antaranya; laptop, VCD, MP3 al-Qur'an, kaset, al-Quran digital, Read boy, dll.

Namun yang lebih penting dari itu, jumlah jam pelajaran yang disediakan untuk menghafal al-Quran di SDQI secara intensif adalah 3 waktu dalam sehari; ba'da Subuh, ba'da Zhuhur, ba'da Isya' sehingga mencapai 15-18 jam dalam sepekan sehingga dapat memenuhi kebutuhan anak menghafal.

Menurut koordinator tim Tahfizh, sampai saat ini hasil pencapaian yang telah dirasakan baik oleh siswa maupun sekolah sendiri yaitu selama 6 bulan berlalu ini siswa sudah bisa menghafal juz 30 atau juz ‘Amma bahkan melampaui target yan telah ditetapkan, siswa sudah sampai pada surah-surah pilihan seperti Yasin, al-Waqi'ah, dan Ar-Rahman.

Untuk menunjang program tahfizh ini, maka dikembangkanlah berbagai program yang saling mendukung seperti Musabaqah Hifzhil Qurana, Khataman al-Quran, dll.

Selengkapnya...

Di Dubai, Hafal Quran Bisa Mengurangi Hukuman Penjara

Ini sebenarnya bukan "barang baru" di Dubai. Shaikh Mohammad Bin Rashid Al Maktoum, Wakil Presiden dan Perdana Menteri UEA dan Penguasa Dubai, mengeluarkan sebuah keputusan yang menyatakan bahwa hukuman kepada tahanan di penjara-penjara Dubai bisa berkurang jika para tahanan itu hafal Quran, terlepas dari niat (motif) atau tindakan atau kejahatan yang dilakukannya.



SK ini kemudian memuat kondisi-kondisi pengurangan hukuman penjara. Narapidana yang menghafal seluruh Quran (30 juz) bisa mendapatkan pengurangan selama 20 tahun. Berikut rinciannya:

- Menghafal 20 juz akan mengurangi 15 tahun penjara.

- Menghafal 15 juz akan mengurangi 10 tahun penjara.

- Menghafal 10 juz akan mengurangi 5 tahun penjara.

- Menghafal 5 juz akan mengurangi 1 tahun penjara.

- Menghafal 3 juz akan mengurangi 6 bulan penjara.

Narapidana hukuman mati, atau mereka yang membunuh dengan sengaja dan mereka yang masa hukumannya kurang dari enam bulan, tidak bisa mengikuti kemudahan ini.

Penghargaan Pemerintah

Dr Ahmad Al Qubaisi, seorang sarjana Islam terkemuka, mengatakan kepada Gulf News bahwa menghafal Al-Quran akan membantu narapidana berubah dan menjadi anggota masyarakat yang baik. "Menghafal Alquran tidak mudah dan tidak setiap orang bisa melakukannya. Narapida yang bisa melakukan hal itu, membuat prestasi yang besar, yang harus dihargai," katanya. Artinya, ini karena menghafal Quran akan otomatis hanya bisa dilakukan dalam kondisi seseorang yang tidak melakukan maksiat, dan sejenisnya. (sa/gn)

Selengkapnya...